Wednesday, January 11, 2012

Anakmu Perkataanmu

Ada orang tua datang kepada saya dan mengatakan, “Pak anak saya bandel, malas, suka iseng, tidak mau belajar, tidak mau mengaji, bagaimana ya, pak?” Saya tanya balik, “Sejak kapan dia begitu?” Ibu itu menjawab, “Sejak usia lima tahun, pak.” Maka saya langsung berkata, “Nah, berarti sebelumnya dia tidak begitu kan? Kira-kira apa yang membuatnya berubah? Mengapa setelah usianya tujuh tahun malah jadi seperti yang ibu katakan?”

Sangat disayangkan, banyak orang tua yang memberikan “stempel” negatif kepada anaknya. Parahnya lagi “stempel” itu diucapkan dan disebarluaskan ke banyak orang. Ketahuilah, tanpa Anda sadari anak Anda akan menjadi seperti apa yang Anda katakan. Ketika Anda seriang berkata malas kepada anak, otak bawah sadar anak Anda akan terstimuli untuk menjadi malas.

Monday, January 9, 2012

Siapa yang Menilai Perbuatan Anda?

by. Jamil Azzaini

Bagaimana menurut Anda, berbohong itu baik atau tidak? Bagi yang menjawab “tidak”; bagaimana jika Anda menjadi tentara kemudian ikut berperang dan tertangkap? Lalu, tentara musuh bertanya kepada Anda, dimana pasukan Anda? Bila waktu itu Anda menjawab bohong, baik atau tidak?

Lho sama-sama bohong tapi mengapa terkadang baik dan terkadang buruk. Tidak konsisten. Ya, ternyata perbuatan itu pada hakikatnya tidak punya nilai. Siapa yang menentukan nilai? Yang menentukan adalah faktor dari luar perbuatan itu.

Nah, faktor diluar perbuatan itu banyak. Ada hawa nafsu, adat istiadat, norma di masyarakat, aturan negara, hukum internasional dan juga hukum agama. Contohnya, melakukan hubungan suami istri tapi belum menikah menurut hawa nafsu itu baik, menurut kebiasaan orang Barat itu juga biasa.  Akan tetapi, menurut norma masyarakat Indonesia secara umum perbuatan tersebut buruk.  Sedangkan menurut agama Islam itu dosa besar dan amat buruk.

Lantas bagaimana agar kita tidak bingung? Bukankah hawa nafsu manusia berbeda-beda? Bukankah norma dan adat istiadat manusia tidak sama?  Bukankan aturan negara terkadang di buat karena ada kepentingan politik tertentu?

Menurut saya, pilihan yang paling tepat adalah jadikan faktor penilai baik dan buruknya suatu perbuatan adalah agama (ketentuan-Nya).  Mengapa? Karena aturan itu datang dari Sang Maha Pencipta yang tahu persis bagaimana seharusnya kita menjalankan kehidupan di dunia. Kedua, bila kita mengikuti aturan agama, maka kehidupan di dunia kita terjaga dan di akhirat mendapat balasan di surga.

Teruslah pelajari bagaimana Dia mengatur kehidupan kita. Pahami, hayati dan kemudian amalkan dalam kehidupan nyata. Agama bukan hanya di tempat ibadah. Agama bukan hanya ada saat kelahiran, pernikahan dan kematian. Agamapun bukan hanya hadir di bulan-bulan tertentu. Agama ada di setiap tarikan dan hembusan nafas dalam kehidupan kita.

Saya yakin, Anda pasti ingin bahagia di dunia dan juga setelah kehidupan dunia. Orang yang cerdas pasti tidak mengabaikan kehidupan abadi, kehidupan setelah dunia. Dan kehidupan terbaik dan abadi itu bisa kita nikmati bila agama selalu menyatu dalam semua aspek perbuatan kita.

Salam SuksesMulia!