Thursday, February 23, 2012

ATAS NAMA CINTA, MAKA AKU SAYANG…


“Dia hanya cinta sesaatmu! Nanti setelah rasa cinta itu pudar, baru kau tahu rasanya. Cukup Ibu saja yang mengalami, jangan sampai kamu juga mengalaminya, Neng! Lupakan dia!”
“Tidak, bu. Aku benar-benar tak bisa hidup tanpa dia. Buatku, dialah yang terbaik. Izinkan aku menikahinya, Ibu. Neng mohon, bu.”
Wajah Ibu semakin memerah. Kemarahan semakin jelas menggurat di wajahnya yang masih terlihat cantik itu. Tapi aku tak peduli, aku harus berjuang. Demi Cintaku pada kekasihku, pada orang yang ingin kujadikan pelabuhan terakhirku, Rick.
“Kalau kamu pilih dia, silakan keluar dari rumah Ibu. Jangan pernah datang ke rumah Ibu lagi, kecuali kamu sudah pisah dengannya,” gumam Ibu pelan namun tegas.
Aku mendekati Ibu. “Bu, Neng mohon… ” pintaku memohon.
“Pergi. Pergilah kalau dia yang kau pilih!” kata Ibu lagi. Ia berbalik punggung membelakangiku. Itu sudah cukup memberitahu tak ada gunanya lagi aku  membujuknya lagi. Ibu telah mengambil keputusan dan keputusan itu takkan bisa diubah lagi.

Tuesday, February 21, 2012

MALAS

Kita perlu mendefinisikan malas. Menurut saya, melakukan lebih sedikit aktivitas yang tidak penting agar bisa fokus pada hal-hal penting itu tidak termasuk malas.

Jadi, apa itu malas? Malas adalah orang yang bekerja di bidang yang tidak disukai tanpa pernah sungguh-sungguh berusaha untuk melakukan pekerjaan yang dicintai. Dia pergi berkerja tetapi hatinya tersiksa. Dia melakukan pekerjaannya dengan terpaksa.

Thursday, February 9, 2012

Pencipta Nilai

by. Jamil Azzaini

Anda ingin kaya? Saya yakin sebagian besar Anda menjawab: Ya. Sekarang coba Anda tuliskan 5 alasan mengapa Anda harus kaya? Atau paling tidak coba ucapkan secara jelas 5 alasan mengapa Anda harus kaya? Agar mendapat manfaat dari tulisan ini, jangan lanjutkan membaca sebelum Anda menjawab pertanyaan tadi.

Oke, sudah dijawab? Berapa banyak jawaban Anda? Kurang dari 5, persis 5 atau lebih dari 5 alasan? Menurut mentor bisnis saya, jawaban Anda mencerminkan pikiran dan tindakan Anda selama ini. Bila Anda menjawab kurang dari 5, itu berarti Anda tipe pengurang nilai. Selalu melakukan pekerjaan di bawah standar atau kewajiban yang diminta.

Wednesday, January 11, 2012

Anakmu Perkataanmu

Ada orang tua datang kepada saya dan mengatakan, “Pak anak saya bandel, malas, suka iseng, tidak mau belajar, tidak mau mengaji, bagaimana ya, pak?” Saya tanya balik, “Sejak kapan dia begitu?” Ibu itu menjawab, “Sejak usia lima tahun, pak.” Maka saya langsung berkata, “Nah, berarti sebelumnya dia tidak begitu kan? Kira-kira apa yang membuatnya berubah? Mengapa setelah usianya tujuh tahun malah jadi seperti yang ibu katakan?”

Sangat disayangkan, banyak orang tua yang memberikan “stempel” negatif kepada anaknya. Parahnya lagi “stempel” itu diucapkan dan disebarluaskan ke banyak orang. Ketahuilah, tanpa Anda sadari anak Anda akan menjadi seperti apa yang Anda katakan. Ketika Anda seriang berkata malas kepada anak, otak bawah sadar anak Anda akan terstimuli untuk menjadi malas.

Monday, January 9, 2012

Siapa yang Menilai Perbuatan Anda?

by. Jamil Azzaini

Bagaimana menurut Anda, berbohong itu baik atau tidak? Bagi yang menjawab “tidak”; bagaimana jika Anda menjadi tentara kemudian ikut berperang dan tertangkap? Lalu, tentara musuh bertanya kepada Anda, dimana pasukan Anda? Bila waktu itu Anda menjawab bohong, baik atau tidak?

Lho sama-sama bohong tapi mengapa terkadang baik dan terkadang buruk. Tidak konsisten. Ya, ternyata perbuatan itu pada hakikatnya tidak punya nilai. Siapa yang menentukan nilai? Yang menentukan adalah faktor dari luar perbuatan itu.

Nah, faktor diluar perbuatan itu banyak. Ada hawa nafsu, adat istiadat, norma di masyarakat, aturan negara, hukum internasional dan juga hukum agama. Contohnya, melakukan hubungan suami istri tapi belum menikah menurut hawa nafsu itu baik, menurut kebiasaan orang Barat itu juga biasa.  Akan tetapi, menurut norma masyarakat Indonesia secara umum perbuatan tersebut buruk.  Sedangkan menurut agama Islam itu dosa besar dan amat buruk.

Lantas bagaimana agar kita tidak bingung? Bukankah hawa nafsu manusia berbeda-beda? Bukankah norma dan adat istiadat manusia tidak sama?  Bukankan aturan negara terkadang di buat karena ada kepentingan politik tertentu?

Menurut saya, pilihan yang paling tepat adalah jadikan faktor penilai baik dan buruknya suatu perbuatan adalah agama (ketentuan-Nya).  Mengapa? Karena aturan itu datang dari Sang Maha Pencipta yang tahu persis bagaimana seharusnya kita menjalankan kehidupan di dunia. Kedua, bila kita mengikuti aturan agama, maka kehidupan di dunia kita terjaga dan di akhirat mendapat balasan di surga.

Teruslah pelajari bagaimana Dia mengatur kehidupan kita. Pahami, hayati dan kemudian amalkan dalam kehidupan nyata. Agama bukan hanya di tempat ibadah. Agama bukan hanya ada saat kelahiran, pernikahan dan kematian. Agamapun bukan hanya hadir di bulan-bulan tertentu. Agama ada di setiap tarikan dan hembusan nafas dalam kehidupan kita.

Saya yakin, Anda pasti ingin bahagia di dunia dan juga setelah kehidupan dunia. Orang yang cerdas pasti tidak mengabaikan kehidupan abadi, kehidupan setelah dunia. Dan kehidupan terbaik dan abadi itu bisa kita nikmati bila agama selalu menyatu dalam semua aspek perbuatan kita.

Salam SuksesMulia!